Kamis, 26 Jun 2025
Media Rakyat | Aspirasi, Berani dan Aksi
Jika berminat dengan sourcode web portal ini bisa hubungi nomor whatsapp 0856-735-4414
Selain nomor diatas adalah palsu.
Jangan Chat jika masih berpikiran ini penipuan ya!
Website udah 100% selesai, jadi siap dikirim.


Ada juga sourcode toko online, psikotes dan aplikasi absensi
Refleksi Kritis terhadap Kurikulum Merdeka dan Deep Learning
Pembelajaran Mendalam dan Kurikulum Merdeka
Penulis: Remigius Ua*
Analisis - 20 Nov 2024 - Views: 616
image empty
Dok. Foto Pribadi

Kurikulum Merdeka adalah sebuah inovasi pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada pendidik dan peserta didik dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan konteks lokal. Sementara itu, deep learning atau pembelajaran mendalam menekankan pada pemahaman konseptual yang mendalam, bukan sekadar hafalan, dengan harapan menciptakan peserta didik yang kritis, kreatif, dan adaptif.

1. Filosofi Kurikulum Merdeka dan Deep Learning:

Sebuah Sinergi Potensial. Kurikulum Merdeka sejatinya berupaya menciptakan ruang belajar yang fleksibel dan relevan, memberikan kebebasan pada guru untuk merancang strategi pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik. Filosofi ini sejalan dengan deep learning yang menuntut pemahaman mendalam melalui eksplorasi ide-ide besar, pemecahan masalah, dan pembelajaran kolaboratif. Dalam konteks ini, Kurikulum Merdeka dapat menjadi wadah ideal untuk mengintegrasikan deep learning dalam proses pendidikan, mendorong siswa menjadi pembelajar yang reflektif dan transformatif.

2. Tantangan dalam Implementasi. Meski secara teori keduanya tampak harmonis, implementasi sering kali menghadapi tantangan besar:

1. Ketimpangan Sumber Daya: Tidak semua sekolah memiliki akses yang memadai terhadap sumber daya pendukung, seperti pelatihan guru, infrastruktur teknologi, atau bahan ajar kontekstual.
2. Budaya Belajar: Budaya pendidikan yang masih berorientasi pada nilai ujian dan hafalan menjadi hambatan utama bagi penerapan deep learning.
3. Beban Administrasi Guru: Alih-alih fokus pada pembelajaran mendalam, guru kerap disibukkan dengan beban administratif yang melelahkan, sehingga ruang untuk kreativitas dan refleksi pedagogis menjadi terbatas.
 Peluang Transformasi. Kurikulum Merdeka dan deep learning memiliki peluang besar untuk merevolusi pendidikan Indonesia apabila diintegrasikan dengan strategi yang tepat, seperti:

1. Pengembangan Guru: Memberikan pelatihan intensif kepada guru agar mampu merancang pembelajaran berbasis proyek, studi kasus, atau model pembelajaran kolaboratif yang mendalam.
2. Pemanfaatan Teknologi: Mendorong penggunaan teknologi sebagai alat untuk eksplorasi informasi dan simulasi pembelajaran. Teknologi memungkinkan peserta didik untuk memahami konsep abstrak secara mendalam melalui visualisasi dan interaksi.
3. Kontekstualisasi Pembelajaran: Mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan peserta didik, sehingga mereka merasa relevansi antara apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.
4. Masa Depan Pendidikan: Integrasi Kurikulum Merdeka dan Deep Learning. Keberhasilan Kurikulum Merdeka dan deep learning membutuhkan sinergi semua pihak: pemerintah, pendidik, peserta didik, dan masyarakat. Guru perlu menjadi fasilitator yang mendorong pembelajaran aktif dan reflektif, sementara siswa diharapkan menjadi subjek pembelajaran yang bertanggung jawab atas proses belajarnya.


Dengan memanfaatkan pendekatan pembelajaran mendalam, Kurikulum Merdeka dapat mengubah paradigma pendidikan di Indonesia, dari sekadar “mengajar untuk ujian” menjadi “mendidik untuk kehidupan.” Pendidikan yang mendalam akan menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga bijaksana dalam berpikir, kreatif dalam berkarya, dan tangguh dalam menghadapi tantangan.

Kesimpulan
Refleksi kritis ini menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka dan deep learning memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, keberhasilan implementasinya memerlukan dukungan kebijakan, perubahan budaya pendidikan, dan penguatan kompetensi pendidik. Apabila semua elemen ini terwujud, kita dapat berharap pendidikan Indonesia mampu menghasilkan generasi emas yang benar-benar merdeka dan mendalam dalam berpikir.

**Penulis adalah Guru Matematika SMP Negeri Wini Kabupaten TTU-NTT