Kamis, 26 Jun 2025
Media Rakyat | Aspirasi, Berani dan Aksi
Jika berminat dengan sourcode web portal ini bisa hubungi nomor whatsapp 0856-735-4414
Selain nomor diatas adalah palsu.
Jangan Chat jika masih berpikiran ini penipuan ya!
Website udah 100% selesai, jadi siap dikirim.


Ada juga sourcode toko online, psikotes dan aplikasi absensi
Nasib PDIP, Roda Pedati Berputar Ke Bawa
Kabinet Merah Putih
Penulis: Rosadi Jamani*
Analisis - 22 Oct 2024 - Views: 266
image empty
Ilustrasi AI
Ilustrasi; Nasib PDIP, Roda Pedati Berputar Ke Bawa

Dunia ini seperti roda pedati. Kadang di atas. Kadang di bawah. Kecuali, rodanya keganjal batu. Di situlah keajaiban politik terjadi! Begitulah nasib PDIP. Partai yang pernah dizalimi di era Orde Baru. Ya, dulu mereka di bawah, digencet habis-habisan. Orde Baru jatuh, Reformasi terbit, dan PDIP? Boom! Langsung melejik di puncak kekuasaan. Megawati Soekarnoputri jadi presiden, usai Gus Dur tiba-tiba di-"turunkan" MPR. Saat itulah, banteng moncong putih merasakan kekuasaan di tangan. Namun, tak ada pesta yang abadi, wak. Pilpres berikutnya, Megawati yang digadang-gadang akan menang, malah kalah sama SBY. Oke, itu kayak "ganjalan batu" pertama bagi PDIP. Mereka pun terpaksa puas jadi penonton di luar pemerintahan selama dua periode kepemimpinan SBY. Sakit? Mungkin. Tapi roda terus berputar, kan?

Saat tiba giliran Joko Widodo (Jokowi), PDIP kembali ke atas. Dua periode berturut-turut mereka memimpin negeri ini. Mantap, kan? Sampai-sampai ada yang mikir, ini roda politik bakal statis di atas selamanya. Namun, prediksi itu salah besar. Pada Pilpres 2024, sang jagoan PDIP kalah. Yang menang? Prabowo Subianto, mantan lawan bebuyutan. Aduh, batu yang lebih besar mengganjal lagi!

Eits..., tapi tunggu dulu. Meski calon presiden mereka kalah, PDIP tetap menang Pemilu. Sebuah fenomena unik. Kayak kamu kalah lomba makan kerupuk, tapi menang doorprize. Terhadap pilihan politik tersebut maka kali ini PDIP memutuskan untuk di luar pemerintahan, jadi oposisi atau entah apa namanya. Kok gitu? Apa nggak pengen dapat jabatan empuk di kabinet? Ternyata, ini strategi tingkat dewa, wak. Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, keputusan PDIP ini membuat sebagian rakyat "lega". Kok lega? Yah, bayangkan kalau semua partai besar masuk kabinet, siapa yang mau ngecek dan mengawasi pemerintah?

Tugas oposisi ini ibarat alarm jam weker. Perlu banget buat bangunin orang tidur nyenyak. “PDIP di luar kabinet akan memegang peran check and balances,” kata Jamiluddin. Dengan begitu, kekuasaan eksekutif nggak bakal semena-mena mengatur legislatif atau yudikatif jadi tukang stempel. Setidaknya, begitu harapannya. Lagian, siapa sih yang suka kalau eksekutif terlalu dominan? Nggak enak, kan, kayak kalau pacar kamu selalu nentuin semua pilihan hidupmu, lama-lama sesak juga. Begitulah, wak! PDIP dengan elegannya memilih menjadi "penjaga demokrasi" dari luar istana. Sebuah langkah yang diam-diam mungkin bikin Prabowo-Gibran lega. Soalnya, dengan adanya oposisi kuat seperti PDIP, untuk pemerintah bisa sedikit "terselamatkan" dari godaan untuk terlalu banyak berkuasa. Bisa jadi, Prabowo malah harus berterima kasih pada PDIP karena bersedia jadi pengingat. Ibarat orang tua yang setia nyuruh anaknya jangan lupa sholat, walau sang anak sudah gede dan punya kekuasaan.

Apakah PDIP kalah? Tentu tidak. Mereka hanya lagi di bawah roda, sedang bersiap menunggu giliran berikutnya. Hati-hati saja, kalau batu besar yang sekarang mengganjal Prabowo justru bikin roda itu berputar lagi. Mungkin PDIP bakal berada di puncak untuk kesekian kalinya. Toh, di dunia politik, tak ada yang benar-benar statis. Kecuali, tentu saja, kalau rodanya sudah jebol !

Jalan di desa penuh batu,
Beli pisang di pasar pinggir kali.
Politik memang selalu begitu,
Kadang di atas, kadang di bawah lagi.

Mentari terbit di pagi cerah,
Burung berkicau riang berkejaran.
PDIP di luar pemerintahan sudah,
Siap menjaga demokrasi tetap berjalan.


*Ketua Satupena Kalimantan Barat