Dalam panggung politik yang sering diwarnai prosa tak berima dan retorika berliku. Muncullah seorang bintang muda, Hana Rawhiti Kareariki Maipi-Clarke. Ia bagaikan mawar merah mekar di tengah belantara abu-abu. Umurnya baru saja beranjak 22 tahun. Namun, suaranya sudah menggelegar di ruang parlemen Selandia Baru. Ia menggugah jiwa dan membangunkan yang terlelap.
Baru-baru ini, aksinya viral. Bukan sekadar pidato diplomatis berbalut kata-kata manis, tapi tarian Haka yang mendebarkan jantung, lengkap dengan sobekan berani pada salinan RUU kontroversial. Di dunia yang terbiasa dengan tepuk tangan sopan dan senyum palsu, Hana menerobos masuk bagaikan badai musim panas, meliukkan setiap helai bulu kuduk hingga berdiri tegak.
Tumbuh di Waikato dengan darah tebal keturunan Ngāpuhi, Ngāti Porou, Te Āti Awa, dan Ngāi Tahu mengalir dalam nadinya, Hana tak hanya membawa impian muda yang mekar, tetapi juga warisan nenek moyangnya. Ayahnya, Potaka Maipi, adalah penyiar yang suaranya menggema di penjuru negeri. Sementara kakeknya, Taitimu Maipi, mengukir namanya dalam sejarah sebagai seorang aktivis yang berani menantang narasi kolonial dengan tangannya sendiri, patung Kapten Hamilton pun terpaksa angkat kaki karena keberaniannya.
Di usia 17 tahun, Hana sudah menerbitkan buku, Maahina, tentang maramataka, kalender lunar tradisional Maori. Sungguh, ini bukan kisah Cinderella yang hanya berkutat dengan sepatu kaca. Hana tahu betul di mana letak jalan berbatu yang ia tapaki, dan ia memilih menari di atasnya, bukan sekadar berjalan.
Di parlemen, dia bukan sekadar ornamen cantik yang duduk rapi menanti aba-aba. Aksi Haka yang mengguncang itu bukan hanya tentang protes. Itu adalah nyanyian purba, gemuruh suara nenek moyang yang berseru, “Kita masih di sini, dengan jiwa yang sama seperti saat layar pertama menampakkan Selandia Baru di cakrawala.” Lalu, dengan sobekan penuh gairah, dia menantang, merobek bukan hanya kertas, tetapi batas kesabaran politik.
Perempuan ini adalah simbol dari banyak hal, kebanggaan, perjuangan, dan sebuah janji bahwa generasi baru tidak akan diam saat tanah leluhur dan hak-hak mereka diseret ke perundingan tanpa suara mereka. Hana Rawhiti Maipi-Clarke bukan hanya politisi, dia adalah puisi yang hidup, api yang berkobar di malam gelap, dan inspirasi bagi banyak generasi yang diam-diam berharap akan keberanian yang sama. Maka, di dunia yang penuh dengan perdebatan hampa, Hana adalah jawaban. Bukankah, dalam segala kegaduhan itu, suara seorang pemuda yang lantang jauh lebih nyaring dari ribuan kata tanpa makna?
2.27K
132
Required Traits:
- Empathy & Encouragement: Understanding that everyone’s journey is different and supporting each individual in embracing their own path, even if it deviates from the traditional route.
- Resilience: Encouraging perseverance through challenges, like a storm that clears to reveal light—knowing that every setback is part of the process.
- Vision & Boldness: Believing in the power of bold decisions and self-exploration, helping individuals create their own narrative and pursue dreams, no matter how uncertain the path. Name: Diva Olivia Daka Elipsi (23019093) 24 JD EPR 7-8 KM NK3-23 LM