Pernyataan Kepala BNPB, Letjen TNI Dr Suharyanto, S.Sos., M.M, bahwa warga seputar gunung Lewotobi harus direlokasi tentu bukan sebuah pernyataan biasa. Sebagai orang yang berkompeten, himbauan agar relokasi segera dilaksanakan. Yang jadi pertnayaan, ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐-๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ โ๐๐๐๐๐๐๐๐โ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐? Apakah dengan demikian, perkampungan dan desa serta kelurahan yang sudah meninggalkan bekas mendalam bisa ditinggalkan begitu saja?
Pernyataan seperti diatas perlu ditelaah. ๐๐๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ข๐๐๐ ๐ ๐๐๐ก๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐โ๐๐๐ข๐ ๐๐ ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ก๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ โ๐๐ ๐ก๐๐๐๐ -๐๐ข๐๐ก๐ข๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐ก๐๐๐โ ๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐๐ ๐ก๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐โ ๐๐๐๐๐ก ๐๐๐๐ โ๐๐๐ก๐๐๐๐ ๐๐๐ข, ๐๐๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐โ ๐๐๐ก๐ข ๐๐๐ ๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐ ๐ข๐๐โ ๐๐๐๐๐๐๐. Hal itu bisa menurunkan semangat yang entah masih berapa yang tersisa. Sebuah gunung (berapi) bisa saja memiliki jangka waktu letusan untuk periode yang cukup lama. ๐บ๐ข๐๐ข๐๐ ๐๐ฆ๐๐๐๐๐๐๐๐ (๐ ๐๐. ๐ท๐๐๐๐๐๐๐ก๐๐ ๐พ๐๐๐๐) ๐๐๐ ๐๐๐๐ฆ๐ ๐ ๐ข๐๐โ 50 ๐๐โ๐ข๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ข๐๐ข๐๐ ๐๐๐. ๐ด๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐โ ๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐ก๐ ๐๐ข๐๐ข๐๐ ๐ด๐๐๐ ๐๐ ๐ฝ๐๐๐๐๐ (61 ๐ก๐โ๐ข๐), ๐๐ข๐๐ข๐๐ ๐ท๐ข๐๐๐๐ ๐๐ ๐ป๐๐๐๐โ๐๐๐ (90 ๐ก๐โ๐ข๐) ๐๐๐ ๐ฆ๐๐๐ ๐ก๐๐๐๐๐๐ ๐๐ข๐๐ข๐๐ ๐๐๐๐ก๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐บ๐ข๐๐ก๐๐๐๐๐ (101 ๐ก๐โ๐ข๐).
Pertanyaan mendasar yang mesti menjadi landasan juga pada analisas ini, apakah selama periode itu terjadi letusan yang dahsyat? Tidak. Biasanya hanya satu periode dengan erupsi yang dahsyat. Kejadian letusan gunung berapi lain sebelumnya hanyalah letusan kecil. Gunung Tambora 1815, gunung Krakatau 1883, dan gunung Agung 1963 merupakan contohnya. Juga gunung Kelud 1990 dan gunung Merapi 1930.
Logika sederhana bisa kita pahami. Kalau letusan terjadi karena adanya dorongan gas bertekanan tinggi terhadap endapan magma di perut bumi atau adanya injeksi magma baru serta pemisahan larutan dan gas, maka proses itu terjadi setelah sebuah periode yang cukup lama. Ada yang mengatakan periode itu bisa terjadi puluhan malah ratusan tahun. Setelah periode yang lama akhirnya terjadi aktivitas di atas dapur magma atau adanya gerakan lempeng tektonik. Hal lain juga bisa terjadi deformasi gunung yang mengakitbakn suhu kawah meningkat dan terjadilah letusan dahsyat seperti yang terjadi dengan Lewotobi Laki-laki pada dini hari 3 November 2024 lalu. Jadi kalau erupsi itu terjadi seperti gejolak perut akibat hal aneh (alkohol) masuk dan membuat muntah maka justru letusan (muntahan) itu membuat orang menajdi lega. Dalam arti ini maka sumbatan di magma itu telah mendorong letusan yang dahsyat dengan membongkar seisi โdapurnyaโ. Logikanya setelah periode itu selesai, maka gelora letusan itu pun akan menurun. Yang jadi pertanyaan, apakah letuhsan 3 November yang kemudian masih diikuti dengan rentetan letusan yang tidak kalah dahsyat itu sudah menajdi puncak ataukah ia hanyalah โalarmโ bahwa masih ada letusan yang lebih dahsyat lagi?
Kita tentu tidak mengharapkan agar Lewotobi Laki (yang congkak dengan emosi liarnya) tidak sesadis sehingga korban jiwa berjatuhan seperti Tamobora yang pernah menewaskan 92 ribu orang (1815), Krakaatu 36 ribu orang (1883), Gunung Kelud (1919) dengan 5 ribu korban jiwa dan Galunggung 1882 dengan 4 ribu korban jiwa. Dalam perspektif ini kita memahami, mengapa Kepala BNPB, Letjen TNI Dr Suharyanto, S.Sos., M.M menghimbau adanya relokasi warga. Kita mestinya memahami instruksi ini dalam konteks selama Lewotobi Laki-laki ini masih โemosiโ. Pada periode itu memang tidak diperkenankan warga kembali ke rumahnya. Dugaan akan letusan yang dahsyat masih bisa terjadi karena itu kewaspadaan menjadi hal utama agar tidak perlu jatuhnya korban ribuan jiwa seperti dituliskan di atas.
๐๐๐๐๐ข ๐๐๐ฌ๐ญ๐ข ๐๐๐ซ๐ฅ๐๐ฅ๐ฎ
Kembali lagi pada pertanyaan mendasar dari Analisa tulisan apakah relokasi yang disampaikan itu untuk selamanya? Apakah dengan demikian perkampungan, sekolah yang sudah punya sejarah (seperti Seminari San Dominggo Hokeng, Susteran SSpS dengan SMP Sanctisima Trinitas, SD Inpres Wolorona, SD Inpres Klatanlo harus dipindahkan ke tempat lain? Tentu tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Tetapi belajar dari jenis letusan gunung api lain, maka periode dahsyat itu hanya terjadi sekali untuk periode waktu puluhan malah ratusan tahun.
Penulis sendiri lahir dan hidup di Lerek โ Atadei yang menurut kisah orang tetua, letusan dahsyat gunung Adowajo (atau dikenal sebagai Ile Werung) itu terjadi tahun 1950 โ 1952. Setelahnya hingga kini (moga-moga tidak terjadi lagi), tidak terjadi letusan. Orang malah oleh berwisata mendekati gunung melihat rongga yang masih menganga tanpa takut. Itu hanya membenarkan bahwa periode letusan dahsyat itu terjadi puluhan malah normalnya seratusan tahun lebih. Bila dipahami dalam konteks ini maka relokasi itu bisa dipahami dalam konteks jangka pendek sampai Lewotobi laki-laki sudah habis murkanya. Setelah periode itu ada harapan (dari pengalaman di tempat lain), warga bisa kembali lagi dan mengalami sebuah kehidupan baru. Disebut demikian karena ada manfaat yang bisa diperoleh setelah badai letusan terjadi seperti: tanah nan subur (hal mana menjadi ciri kesuburan tanah di Hokeng dan sekitarnya). Material vulkanik yang dilepaskan selama letusan, mengandung berbagai nutrisi esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Letusan gunung yang menghancurkan sebagian besar vegetasi tetapi sekaligus menjadi nutrisi demi lahirnya hutan baru, dalamnya akan tumbuh flora dan fauna baru. Manfaat lain seperti adanya pembaharuan sumber daya air. Air hujan yang melewati material vulkanik dapat menjadi lebih kaya mineral dan meningkatkan kualitas air. Hal ini dapat mempengaruhi positif ekosistem air tawar. Manfaat lain seperti peluang energi geothermal dan peningkatakan keanekaragaman hayati serta potensi baru wisata vulkanik menjadi berkah lain yang bisa akan hadir pasca badai bencana ini. Memang semua manfaat ini butuh waktu. Untuk itu menghidupkan optimism bahwa badai yang dahsyat ini pasti berlalu merupakan pikiran baik untuk membawa semangat. Hal itu pun tidak perlu diajarkan karena orang seputar Lewotobi dengan โlogatnya yang berbeda dengan Larantuka dan Lembata tetapi lebih dekat degan gaya Solor dan sedikit penharuh Atadei di Wolorona dan Padang Pasir akan berkata: โ๐ฉ๐๐ ๐๐, ๐๐๐๐ ๐๐ ๐ณ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐ sekali ๐๐๐๐ ๐๐ te apa-apa. Yang pente, ๐๐๐๐๐ ๐๐ itu, ๐ ๐๐ ๐๐๐ ๐ (๐๐๐ ๐๐) sonu, dan ketorang ๐๐๐๐ kah no Tobi (Lewotobi) gantengโฆโ
*Penulis Adalah ๐ท๐๐๐๐๐๐๐ ๐ณ๐๐๐๐๐ ๐ฏ๐๐๐๐๐, Wilayah Kaki Gunung Lewotobi (1984-1988).
2.27K
132