Kamis, 26 Jun 2025
Media Rakyat | Aspirasi, Berani dan Aksi
Jika berminat dengan sourcode web portal ini bisa hubungi nomor whatsapp 0856-735-4414
Selain nomor diatas adalah palsu.
Jangan Chat jika masih berpikiran ini penipuan ya!
Website udah 100% selesai, jadi siap dikirim.


Ada juga sourcode toko online, psikotes dan aplikasi absensi
Lewotobi, Haruskah Relokasi ?
Sebuah Analisa Sederhana Untuk Proses Kebijakan
Penulis: Robert Bala*
Analisis - 10 Nov 2024 - Views: 193
image empty
Ilustrasi Gunung Lewotobi/A

Pernyataan Kepala BNPB, Letjen TNI Dr Suharyanto, S.Sos., M.M, bahwa warga seputar gunung Lewotobi harus direlokasi tentu bukan sebuah pernyataan biasa. Sebagai orang yang berkompeten, himbauan agar relokasi segera dilaksanakan. Yang jadi pertnayaan, ๐’‚๐’‘๐’‚๐’Œ๐’‚๐’‰ ๐’“๐’†๐’๐’๐’Œ๐’‚๐’”๐’Š ๐’Š๐’•๐’– ๐’”๐’†๐’๐’‚๐’Ž๐’‚๐’๐’š๐’‚ ๐’‚๐’•๐’‚๐’– ๐’”๐’†๐’Ž๐’†๐’๐’•๐’‚๐’“๐’‚ ๐’”๐’‚๐’‚๐’• ๐’๐’†๐’˜๐’๐’•๐’๐’ƒ๐’Š ๐’๐’‚๐’Œ๐’Š-๐’๐’‚๐’Œ๐’Š ๐’Ž๐’‚๐’”๐’Š๐’‰ ๐’ƒ๐’†๐’ˆ๐’Š๐’•๐’– โ€˜๐’๐’‚๐’‘๐’”๐’–๐’๐’š๐’‚โ€™ ๐’Ž๐’†๐’Ž๐’–๐’๐’•๐’‚๐’‰๐’Œ๐’‚๐’ ๐’๐’‚๐’‰๐’‚๐’“ ๐’…๐’‚๐’ ๐’‚๐’ƒ๐’– ๐’—๐’–๐’๐’Œ๐’‚๐’๐’Š๐’Œ? Apakah dengan demikian, perkampungan dan desa serta kelurahan yang sudah meninggalkan bekas mendalam bisa ditinggalkan begitu saja?

Pernyataan seperti diatas perlu ditelaah. ๐‘Š๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘”๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘š๐‘’๐‘›๐‘”๐‘ข๐‘›๐‘”๐‘ ๐‘– ๐‘˜๐‘’๐‘ก๐‘–๐‘˜๐‘Ž ๐‘‘๐‘–๐‘๐‘’๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘˜๐‘Ž๐‘› ๐‘‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐‘˜๐‘’โ„Ž๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘ข๐‘ ๐‘Ž๐‘› ๐‘ข๐‘›๐‘ก๐‘ข๐‘˜ ๐‘š๐‘’๐‘›๐‘–๐‘›๐‘”๐‘”๐‘Ž๐‘™๐‘˜๐‘Ž๐‘› ๐‘˜๐‘œ๐‘›๐‘ก๐‘’๐‘˜๐‘  ๐‘”๐‘’๐‘œ๐‘”๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘“๐‘–๐‘  ๐‘‘๐‘Ž๐‘› โ„Ž๐‘–๐‘ ๐‘ก๐‘œ๐‘Ÿ๐‘–๐‘ -๐‘˜๐‘ข๐‘™๐‘ก๐‘ข๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘™ ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ก๐‘’๐‘™๐‘Žโ„Ž ๐‘š๐‘’๐‘™๐‘–๐‘›๐‘”๐‘˜๐‘ข๐‘๐‘– ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ ๐‘Ž ๐‘™๐‘’๐‘๐‘–โ„Ž ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก ๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– โ„Ž๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘š๐‘Ž๐‘› ๐‘Ž๐‘๐‘ข, ๐‘˜๐‘’๐‘Ÿ๐‘–๐‘˜๐‘–๐‘™, ๐‘š๐‘Ž๐‘™๐‘Žโ„Ž ๐‘๐‘Ž๐‘ก๐‘ข ๐‘๐‘’๐‘ ๐‘Ž๐‘Ÿ ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ ๐‘ข๐‘‘๐‘Žโ„Ž ๐‘š๐‘’๐‘›๐‘–๐‘š๐‘๐‘Ž. Hal itu bisa menurunkan semangat yang entah masih berapa yang tersisa. Sebuah gunung (berapi) bisa saja memiliki jangka waktu letusan untuk periode yang cukup lama. ๐บ๐‘ข๐‘›๐‘ข๐‘›๐‘” ๐‘๐‘ฆ๐‘–๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘”๐‘œ๐‘›๐‘”๐‘œ (๐‘…๐‘’๐‘. ๐ท๐‘’๐‘š๐‘œ๐‘˜๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘–๐‘˜ ๐พ๐‘œ๐‘›๐‘”๐‘œ) ๐‘š๐‘–๐‘ ๐‘Ž๐‘™๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘ ๐‘ข๐‘‘๐‘Žโ„Ž 50 ๐‘‡๐‘Žโ„Ž๐‘ข๐‘› ๐‘š๐‘’๐‘›๐‘—๐‘Ž๐‘‘๐‘– ๐‘”๐‘ข๐‘›๐‘ข๐‘›๐‘” ๐‘Ž๐‘๐‘–. ๐ด๐‘‘๐‘Ž ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘™๐‘’๐‘๐‘–โ„Ž ๐‘™๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘ ๐‘’๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘ก๐‘– ๐‘”๐‘ข๐‘›๐‘ข๐‘›๐‘” ๐ด๐‘–๐‘Ÿ๐‘Ž ๐‘‘๐‘– ๐ฝ๐‘’๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘” (61 ๐‘ก๐‘Žโ„Ž๐‘ข๐‘›), ๐‘”๐‘ข๐‘›๐‘ข๐‘›๐‘” ๐ท๐‘ข๐‘˜๐‘œ๐‘›๐‘œ ๐‘‘๐‘– ๐ป๐‘Ž๐‘™๐‘š๐‘Žโ„Ž๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž (90 ๐‘ก๐‘Žโ„Ž๐‘ข๐‘›) ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘™๐‘Ž๐‘š๐‘Ž ๐‘”๐‘ข๐‘›๐‘ข๐‘›๐‘” ๐‘†๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘Ž ๐‘€๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘–๐‘Ž ๐‘‘๐‘– ๐บ๐‘ข๐‘Ž๐‘ก๐‘’๐‘š๐‘Ž๐‘™๐‘Ž (101 ๐‘ก๐‘Žโ„Ž๐‘ข๐‘›).

Pertanyaan mendasar yang mesti menjadi landasan juga pada analisas ini, apakah selama periode itu terjadi letusan yang dahsyat? Tidak. Biasanya hanya satu periode dengan erupsi yang dahsyat. Kejadian letusan gunung berapi lain sebelumnya hanyalah letusan kecil. Gunung Tambora 1815, gunung Krakatau 1883, dan gunung Agung 1963 merupakan contohnya. Juga gunung Kelud 1990 dan gunung Merapi 1930.

Logika sederhana bisa kita pahami. Kalau letusan terjadi karena adanya dorongan gas bertekanan tinggi terhadap endapan magma di perut bumi atau adanya injeksi magma baru serta pemisahan larutan dan gas, maka proses itu terjadi setelah sebuah periode yang cukup lama. Ada yang mengatakan periode itu bisa terjadi puluhan malah ratusan tahun. Setelah periode yang lama akhirnya terjadi aktivitas di atas dapur magma atau adanya gerakan lempeng tektonik. Hal lain juga bisa terjadi deformasi gunung yang mengakitbakn suhu kawah meningkat dan terjadilah letusan dahsyat seperti yang terjadi dengan Lewotobi Laki-laki pada dini hari 3 November 2024 lalu. Jadi kalau erupsi itu terjadi seperti gejolak perut akibat hal aneh (alkohol) masuk dan membuat muntah maka justru letusan (muntahan) itu membuat orang menajdi lega. Dalam arti ini maka sumbatan di magma itu telah mendorong letusan yang dahsyat dengan membongkar seisi โ€˜dapurnyaโ€™. Logikanya setelah periode itu selesai, maka gelora letusan itu pun akan menurun. Yang jadi pertanyaan, apakah letuhsan 3 November yang kemudian masih diikuti dengan rentetan letusan yang tidak kalah dahsyat itu sudah menajdi puncak ataukah ia hanyalah โ€˜alarmโ€™ bahwa masih ada letusan yang lebih dahsyat lagi?

Kita tentu tidak mengharapkan agar Lewotobi Laki (yang congkak dengan emosi liarnya) tidak sesadis sehingga korban jiwa berjatuhan seperti Tamobora yang pernah menewaskan 92 ribu orang (1815), Krakaatu 36 ribu orang (1883), Gunung Kelud (1919) dengan 5 ribu korban jiwa dan Galunggung 1882 dengan 4 ribu korban jiwa. Dalam perspektif ini kita memahami, mengapa Kepala BNPB, Letjen TNI Dr Suharyanto, S.Sos., M.M menghimbau adanya relokasi warga. Kita mestinya memahami instruksi ini dalam konteks selama Lewotobi Laki-laki ini masih โ€˜emosiโ€™. Pada periode itu memang tidak diperkenankan warga kembali ke rumahnya. Dugaan akan letusan yang dahsyat masih bisa terjadi karena itu kewaspadaan menjadi hal utama agar tidak perlu jatuhnya korban ribuan jiwa seperti dituliskan di atas.

๐๐š๐๐š๐ข ๐๐š๐ฌ๐ญ๐ข ๐๐ž๐ซ๐ฅ๐š๐ฅ๐ฎ

Kembali lagi pada pertanyaan mendasar dari Analisa tulisan apakah relokasi yang disampaikan itu untuk selamanya? Apakah dengan demikian perkampungan, sekolah yang sudah punya sejarah (seperti Seminari San Dominggo Hokeng, Susteran SSpS dengan SMP Sanctisima Trinitas, SD Inpres Wolorona, SD Inpres Klatanlo harus dipindahkan ke tempat lain? Tentu tidak mudah menjawab pertanyaan ini. Tetapi belajar dari jenis letusan gunung api lain, maka periode dahsyat itu hanya terjadi sekali untuk periode waktu puluhan malah ratusan tahun.

Penulis sendiri lahir dan hidup di Lerek โ€“ Atadei yang menurut kisah orang tetua, letusan dahsyat gunung Adowajo (atau dikenal sebagai Ile Werung) itu terjadi tahun 1950 โ€“ 1952. Setelahnya hingga kini (moga-moga tidak terjadi lagi), tidak terjadi letusan. Orang malah oleh berwisata mendekati gunung melihat rongga yang masih menganga tanpa takut. Itu hanya membenarkan bahwa periode letusan dahsyat itu terjadi puluhan malah normalnya seratusan tahun lebih. Bila dipahami dalam konteks ini maka relokasi itu bisa dipahami dalam konteks jangka pendek sampai Lewotobi laki-laki sudah habis murkanya. Setelah periode itu ada harapan (dari pengalaman di tempat lain), warga bisa kembali lagi dan mengalami sebuah kehidupan baru. Disebut demikian karena ada manfaat yang bisa diperoleh setelah badai letusan terjadi seperti: tanah nan subur (hal mana menjadi ciri kesuburan tanah di Hokeng dan sekitarnya). Material vulkanik yang dilepaskan selama letusan, mengandung berbagai nutrisi esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.

Letusan gunung yang menghancurkan sebagian besar vegetasi tetapi sekaligus menjadi nutrisi demi lahirnya hutan baru, dalamnya akan tumbuh flora dan fauna baru. Manfaat lain seperti adanya pembaharuan sumber daya air. Air hujan yang melewati material vulkanik dapat menjadi lebih kaya mineral dan meningkatkan kualitas air. Hal ini dapat mempengaruhi positif ekosistem air tawar. Manfaat lain seperti peluang energi geothermal dan peningkatakan keanekaragaman hayati serta potensi baru wisata vulkanik menjadi berkah lain yang bisa akan hadir pasca badai bencana ini. Memang semua manfaat ini butuh waktu. Untuk itu menghidupkan optimism bahwa badai yang dahsyat ini pasti berlalu merupakan pikiran baik untuk membawa semangat. Hal itu pun tidak perlu diajarkan karena orang seputar Lewotobi dengan โ€˜logatnya yang berbeda dengan Larantuka dan Lembata tetapi lebih dekat degan gaya Solor dan sedikit penharuh Atadei di Wolorona dan Padang Pasir akan berkata: โ€œ๐‘ฉ๐’‚๐’† ๐’‹๐’, ๐’ƒ๐’Š๐’‚๐’“ ๐’๐’ ๐‘ณ๐’†๐’˜๐’๐’•๐’๐’ƒ๐’Š ๐’‰๐’‚๐’๐’‚ ๐’•๐’– ๐’Ž๐’‚๐’“๐’‚ sekali ๐’ƒ๐’†๐’”๐’‚ ๐’Ž๐’† te apa-apa. Yang pente, ๐’”๐’†๐’”๐’–๐’…๐’‚๐’‰ itu, ๐’…๐’Š๐’‚ ๐’•๐’Š๐’…๐’ (๐’•๐’Š๐’…๐’–๐’“) sonu, dan ketorang ๐’ƒ๐’‚๐’๐’† kah no Tobi (Lewotobi) gantengโ€ฆโ€

*Penulis Adalah ๐‘ท๐’†๐’๐’ˆ๐’‰๐’–๐’๐’Š ๐‘ณ๐’†๐’Ž๐’ƒ๐’‚๐’‰ ๐‘ฏ๐’๐’Œ๐’†๐’๐’ˆ, Wilayah Kaki Gunung Lewotobi (1984-1988).