Laga ini mungkin adalah jawaban dari pertanyaan kuno, “Apakah sepak bola bisa jadi lebih membosankan dari ujian matematika?” Timnas Indonesia berhasil menahan imbang Australia 0-0 dalam laga akhir Grup G Kualifikasi Piala Asia U-17 2025. Satu-satunya yang berdenyut di stadion sepertinya hanya jam dinding dan detak jantung pelatih, itu pun karena menahan kantuk.
Babak pertama berakhir 0-0. Jangan salah, serangan Australia, yang digawangi Henrique Oliveira, Max Nalor, dan Logan Sambrook, memang “spektakuler”—dalam arti hampir mencetak gol berkali-kali. Namun, selalu tak kena sasaran. Pemain belakang Garuda Muda seperti Mathew Baker, I Putu Panji Apriawan, dan Fabio Azkairawa seakan bersiap menulis buku berjudul "Menjadi Tameng Hidup untuk Gawang yang Terluka."
Babak kedua adalah puncak dari antiklimaks. Saat penonton berharap tensi permainan meningkat, Australia malah asyik main-main di tengah lapangan, kayak lagi latihan passing bola di taman kota. Mereka sepertinya lebih suka melihat Indonesia menunggu di sarang seperti harimau jinak, mengira kita akan keluar untuk menyerang. Ya, harapan itu tinggal harapan. Bahkan, rumput pun mungkin mulai merunduk bosan.
Tidak ada gebrakan, tidak ada serangan maut. Australia kayaknya juga tidak ada niat menang, lebih menikmati permainan bola di tengah lapangan. Apa mereka lupa ini laga penting? Atau mungkin mereka pikir penonton bayar tiket untuk lihat latihan passing bola? Duh, yang ada penonton jadi bingung, ini pertandingan bola atau sesi meditasi masal?
Sampai menit 83, gaya permainan tidak berubah. Penonton makin frustasi, ada yang sudah memejamkan mata, yang lain sibuk cek handphone. Bola dimain-mainkan seperti sedang latihan, dan tim pelatih tampaknya hanya menguji kesabaran para pemain muda ini. Entah kenapa, ini terasa seperti menonton film drama tanpa klimaks—boring banget!
Menit 88, para pemain dan penonton tampak sudah saling memahami. Tidak ada yang benar-benar mengharapkan gol. Wajah-wajah penonton yang berharap ada perubahan malah menampilkan ekspresi bingung, seperti sedang mengingat-ngingat kenapa mereka datang ke stadion hari ini. Di titik ini, keringat di dahi pemain pun mungkin mulai menetes lebih lambat dari bola yang bergulir.
Laga berakhir dengan skor 0-0, dan meski hasil ini membuat Australia juara grup dengan 7 poin dan Indonesia menjadi runner-up dengan poin yang sama, kita harus berterima kasih pada Nova Arianto yang sudah memberikan kita momen epik ini. Dengan hasil ini, Australia lolos mulus. Sementara Indonesia harus menunggu apakah mereka akan beruntung mendapatkan satu dari beberapa tiket runner-up terbaik. Mari kita berdoa, mungkin kesempatan ini adalah satu-satunya hasil menarik dari pertandingan penuh “strategi bertahan sambil tidur siang” ini.
Semoga kita tak perlu menyaksikan lagi pertandingan yang “spektakuler” seperti ini.
2.27K
132