Australia dan Arab Saudi bermain di Melbourne. Kota yang terkenal lebih sering sibuk dengan secangkir kopi flat white dari pada gol-gol gemilang. Dua raksasa Asia itu bersua di lapangan hijau sore tadi. Hasil? Skor kacamata. Benar, 0-0. Nol gol. Tidak ada yang lebih nihil dari itu. Para penggemar di stadion bahkan sempat berspekulasi bahwa wasit hanya iseng membawa peluitnya.
Australia, sang tuan rumah dengan seluruh kegagahan kangurunya, diwakili oleh Jackson Irvine dkk. Namun, mereka lebih mirip kanguru yang lupa melompat. Sementara itu, tim tamu, Arab Saudi, di bawah si "rubah licik" Herve Renard, memainkan strategi bertahan yang begitu rapat. Seakan-akan bola adalah barang haram yang harus dijauhi dari gawang. Nasser Al Dawsari memimpin pasukan Green Falcon dengan keberanian yang setara dengan terbang di atas padang pasir tanpa setetes air pun.
Di menit-menit pertama, penonton disuguhi aksi Souttar dkk yang tampak sibuk seperti penjaga perpustakaan yang harus menghalau pengunjung ribut. Tetapi bola itu keras kepala, tetap memantul tak tentu arah. Di sisi lain, Nasser dkk melepaskan tembakan berbahaya, ya, “berbahaya” Hanya untuk fotografer yang mencari pose dramatis. Gol? Ah, jangan ditanya.
Bagaimana dengan Mitchell Duke dan kawan-kawan? Penyerang itu berusaha keras, mungkin terlalu keras sampai mengira lapangan hijau adalah papan catur. Banyak langkah, sedikit hasil. Total 14 kali percobaan mencetak gol. Semua terbang entah ke mana. Mungkin bola terakhir mendarat di pangkuan kanguru penonton.
Peluit akhir berbunyi. Penonton mendesah lega, bukan karena puas, tapi karena akhirnya bisa pulang untuk berkejaran dengan jam malam. Hasil imbang 0-0. Benar-benar seimbang, seperti timbangan di pasar sayur. Lalu, di kejauhan, terdengar sorak-sorai yang tak mungkin diabaikan, Indonesia. Ya, skuad Garuda asuhan Shin Tae-yong. Sang pelatih tidak hanya mengasah teknik tetapi juga mental baja. Ini adalah kabar yang membuat optimisme meluap sampai ke ujung Monas. Dengan hasil imbang ini, harapan Indonesia menggeliat seperti anak kecil yang baru bangun siang, berantakan, tapi penuh semangat.
Tiba gilirannya di Gelora Bung Karno. Ribuan mata akan menatap penuh harap ketika Indonesia menghadapi Jepang. Satu kemenangan saja, dan kita, yang kerap dilanda lagu sendu dan hujan gerimis, akan melonjak ke peringkat tiga. Sungguh, ini saatnya bagi Indonesia tak hanya menjadi penonton, tapi aktor dalam panggung dunia.
Indonesia bisa! Bahkan, jika kita harus berdiri di ujung tiang bendera, memeluk Garuda dan berteriak, "Lihat dunia, kami datang!" Gol atau tidak, harapan ini yang membuat hidup kita indah.
2.27K
132