Jika berminat dengan sourcode web portal ini bisa hubungi nomor whatsapp 0856-735-4414
Selain nomor diatas adalah palsu.
Jangan Chat jika masih berpikiran ini penipuan ya!
Website udah 100% selesai, jadi siap dikirim.
Penulis: Meja Redaksi Lidah Rakyat Olahraga -
10 Nov 2024 -
Views: 195
Ilustrasi
Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) tampaknya sedang mencoba peran barunya sebagai wasit sekaligus hakim, jaksa, dalam penegakan hukum sepakbola global. Berita terbaru membawa kita ke panggung dramatis Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Siapa bintang utamanya? Bukan Cristiano Ronaldo yang mencetak gol ke-1000 atau Lionel Messi yang mau pensiun tiga kali, tapi Timnas dengan empat sanksi epik. Bayangkan, ente telat lima menit untuk rapat Zoom, dan tiba-tiba bos bukan hanya memarahi, tetapi juga menulis surat peringatan global. Ya, kira-kira begitulah nasib Garuda diancam dengan sanksi gara-gara telat kick-off. Tak tanggung-tanggung, insiden sepele ini disulap FIFA menjadi grand larceny level dunia olahraga. Lengkap dengan denda sebesar 10.000 CHF, atau setara Rp179 juta. Cukup untuk beli sepasang kursi VIP di pertandingan final Piala Dunia, asalkan tanpa nasi kotak.
Dosa pertama anak asuh STY dicatat dengan tinta emas dalam arsip FIFA, saat kick-off melawan Australia pada 10 September 2024 terlambat. Apakah pemain Indonesia terjebak macet di pintu tol virtual? Atau mungkin kapten tim terjebak dalam diskusi sengit tentang strategi parkir bus. FIFA, sebagai hakim yang tiada tara, memutuskan untuk memberi 'teguran'. Tentu saja, teguran ala FIFA berarti catatan abadi yang bisa jadi alasan cucu mereka bertanya, “Kakek, kenapa dulu negara kita dihukum gara-gara telat lima menit?”. Lanjut ke manajer Timnas, Sumardji. Dia bukanlah karakter antagoni biasa. Setelah protes keras dalam laga melawan Bahrain, Sumardji dijatuhi sanksi satu pertandingan. Konon katanya, protes Sumardji begitu keras hingga para pemain Bahrain mendadak beralih profesi menjadi penulis puisi tentang ketakutan. Sanksi ini dijalani saat Timnas bermain melawan China dan kalah dengan skor 1-2. Sebuah bukti nyata bahwa karma sepak bola bekerja dengan cara yang misterius, mungkin setara dengan algoritma TikTok.
Analis Shin Tae-yong, Kim Jong-jin, diberi sanksi berat, hukuman empat pertandingan. Penyebabnya? FIFA merahasiakannya seolah-olah itu adalah resep rahasia KFC. Ada yang berspekulasi bahwa Jong-jin secara tidak sengaja mengeluarkan strategi rahasia, yang ternyata hanya sekadar gambar pemain berbentuk segitiga dengan kata “Bertahanlah!” di tengahnya. Namun, sebagaimana gaya FIFA, yang tidak diberitahukan lebih menakutkan daripada yang diceritakan. Kembali lagi, dosa lama terulang saat Indonesia berhadapan dengan China. Kali ini, dengan sentuhan komedi satire nan tragis. Tim kita mendapat denda Rp179 juta karena telat kick-off. Mungkin FIFA berasumsi, pesawat mereka tidak menyesuaikan zona waktu, atau mungkin mereka tersesat di lorong stadion menunggu pembawa acara yang entah ke mana perginya. Lucu? Tidak bagi mereka yang harus menandatangani cek denda.
Dalam dunia di mana wasit VAR lebih sering dibicarakan dari pada drama Korea. FIFA berhasil menunjukkan bahwa tidak ada hal yang terlalu kecil untuk dijadikan bencana internasional. Saat ente menonton Jay Idzes cs melawan Jepang nanti, ingatlah satu hal, jika kick-off terlambat lagi, mungkin kali ini, sanksinya adalah seluruh tim harus lari keliling lapangan sambil membawa spanduk bertuliskan, “Maaf, kami telat. Sekali lagi, kami didenda.”