/1/
Abu di California, Tangis di Gaza
Puisi: Leni Marlina
[Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat: PPIPM Indonesia; Satu Pena Sumbar; Kreator Era AI; Poetry-Pen IC, ACC SHILA; FSM]
<1>
Di California,
angin Santa Ana berhembus,
menyapu tanah dan rumah yang terbakar,
mengambil segala yang pernah hijau,
menyisakan abu di atas kenangan.
Api yang meronta,
seperti lara yang tak terucapkan,
menyisakan hanya serpihan,
seperti suara tangis terdengar sepanjang waktu.
Namun, di sana,
di tanah yang jauh,
di Gaza - Palestina yang terbelenggu,
ada api yang lebih mematikan,
bukan dari tanah yang terbakar, bukan dari angin Santa Ana,
tapi dari kemarahan dan keserakahan yang menyalakan kebisuan,
dari tangan-tangan yang merobek kedamaian,
menyalakan api yang tak bisa dipadamkan,
oleh air mata dan sisa usia.
Gaza, oh Gaza,
kau terbakar dan terluka lebih ganas daripada tanah dan rumah yang hancur,
langitmu tidak merah terbakar oleh api,
tetapi oleh darah yang mengalir tanpa henti,
dari tubuh-tubuh yang tidak bisa kembali pulang.
Dengarlah jerit yang terbuang seperti ratapan tanpa ujung,
tangisan yang terlepas ke udara,
membawa kita kepada tempat yang harusnya kita pahami,
tempat yang seharusnya kita dengar.
<2>
California terbakar,
tapi Gaza - Palestina lebih terbakar oleh luka dan derita,
oleh kepedihan yang tak pernah berhenti,
oleh hidup yang terenggut dalam kejam.
Namun di kedua tempat ini,
masih ada harapan yang tetap menyala,
meskipun dunia cenderung melupakan
dan hanya melihat apa yang tampak di depan mata.
Gaza - Palestina, kau tak sendiri,
California, kau tak terlupakan.
Bersama-sama, kita berdiri,
mengikat doa dalam tangan yang tak terputuskan,
karena di abu California dan tangis Gaza,
ada kita yang berseru tanpa kata,
ada kita yang mengingat tanpa henti,
untuk mereka yang tak bisa lagi berbicara,
tapi terus berharap tanpa putus asa.
Padang, Sumbar, Januari 2025
------------------------------
/2/
Saksi dari Abu
Puisi: Leni Marlina
[Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat: PPIPM Indonesia; Satu Pena Sumbar; Kreator Era AI; Poetry-Pen IC, ACC SHILA; FSM]
<1>
Los Angeles,
di batas yang memisahkan mimpi dan kenyataan,
api menjilat dan membelah malam,
meninggalkan jejak-jejak yang tak terlupakan.
Pohon-pohon yang pernah menghadap langit
terkulai seperti tangan-tangan putus asa,
sedangkan angin,
dalam diamnya,
menyebar abu—
seperti kisah yang terlupakan.
Di sana, api tidak hanya menghanguskan kayu dan rumah,
tetapi juga memamah tiap harapan
yang pernah tumbuh di bumi yang sama.
Kini, hanya kepulan hitam
yang berbicara dengan suara yang tak terdengar.
Tapi apakah ini benar-benar akhir?
Ataukah bara ini hanya menyembunyikan
suara-suara yang akan kembali menyala?
<2>
Gaza - Palestina,
di sana, bukan api yang membakar,
tetapi keserakahan dan kekejaman yang tertuang dalam peluru,
mengubah anak-anak menjadi bayang,
rumah-rumah menjadi puing,
mengubah keluarga tinggal nama,
dan tanah menjadi ladang tangisan.
Api di sini,
lebih ganas membakar daripada yang pernah ada,
lebih menghanguskan dari luka yang pernah tercipta.
Bukan bara, tetapi jiwa-jiwa
yang terbakar tanpa pernah melepaskan
asapnya.
Los Angeles - California, dan Gaza - Palestina,
dua dunia,
terhubung dalam rindu yang menghilang.
Yang satu dihancurkan oleh alam,
yang lain oleh tangan manusia.
Namun apakah kita tidak berbicara dalam bahasa yang sama?
Apakah kita tidak merasakan api yang sama
di dada kita yang terbakar?
Masih adakah dalam setiap abu, secercah cahaya?
sebuah harapan yang tak pernah benar-benar padam?
Apakah ini akhirnya?
Atau hanya awal dari sebuah permulaan
di mana kita,
saksi-saksi yang masih bernafas,
memilih untuk menyimpan harapan
di tengah derita yang tak terkatakan, atau memilih bersuara bagi kemanusiaan?
Padang, Sumbar, Januari 2025
------------------------
/3/
Asa dan Tangis di Langit Dua Dunia
Puisi: Leni Marlina
[Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat: PPIPM Indonesia; Satu Pena Sumbar; Kreator Era AI; Poetry-Pen IC, ACC SHILA; FSM]
<1>
Dari celah-celah waktu,
angin Santa Ana menghembuskan luka,
membawa aroma abu ke puncak langit California,
tempat pohon-pohon tak lagi berdiri di dunia mimpi,
tempat harapan terhempas di lantai bara.
Los Angeles, kau tersedu dalam bisu,
pada ranting dan pohon yang menyerah pada api,
pada rumah dan kendaraan yang berubah menjadi abu.
Siapa yang akan mengingat pedih ini?
Siapa yang akan menyalakan lilin untuk yang tersisa?
Namun di Gaza,
tidak ada api yang beraksi dengan liar,
hanya angin keserakahan yang membawa debu kehancuran.
Langitnya merah, bukan oleh bara,
tetapi oleh darah yang menodai pasirnya.
Di sini, api adalah tangan manusia yang serakah,
bukan amarah alam,
yang membakar kehidupan.
<2>
Los Angeles - California menangis untuk rumahnya dan tanahnya,
sementara Gaza menangis untuk jiwanya.
Satu kehilangan pohon, satu kehilangan anak.
Satu kehilangan rumah, satu kehilangan hidup.
Dari dunia yang berbeda,
luka mereka bertemu di langit yang sama,
bercampur dalam arus udara dunia
yang lebih sering memilih bisu.
Di Los Angeles, abu adalah akhir,
di Gaza, abu adalah awal—
awal dari perlawanan yang lahir dari duka,
dari luka yang tak pernah berhenti memanggil keadilan.
Namun siapa yang mendengar?
Siapa yang peduli pada tangis
yang tak bergaung ke negeri-negeri megah?
<3>
Mari kita berdiri di abu ini,
mengulurkan tangan kita ke langit yang sama.
Mari kita nyalakan lentera kemanusiaan
di atas reruntuhan,
agar mereka yang berlari tak kehilangan arah,
agar mereka yang terluka tak kehilangan harapan.
Karena pada abu Los Angeles dan pada tangis Gaza,
ada luka yang sama:
kehilangan yang membutuhkan perhatian,
penderitaan yang menanti tindakan.
Dan kita, yang hidup di antara dua dunia ini,
tidak boleh memilih diam.
Langit tidak mengenal batas,
dan demikian juga duka.
Los Angeles - California,
Gaza - Palestina
dua nyala dari satu api,
dua tangis dari satu jiwa.
Mari kita satukan doa yang mengalir di udara,
menghapus jarak dengan cinta yang membara,
dan menumbuhkan harapan dan kedamaian di atas abu dunia.
Padang, Sumbar Januari 2025
------------------------------------
/4/
Di Ambang Abu
Puisi: Leni Marlina
[Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat: PPIPM Indonesia; Satu Pena Sumbar; Kreator Era AI; Poetry-Pen IC, ACC SHILA; FSM]
<1>
Langit menyimpan luka hitam,
sebuah derita tanpa musim,
di California, api menjilat, menyambar dan membakar diam-diam,
mengahanguskan kendaraan dan rumah mewah bersusun,
menghanguskan hutan hingga habis rimbun,
pohon dan bangunan mewah yang pernah berdiri menjulang ke langit,
kini berdiri seperti arca hangus,
memohon pada angin
yang hanya membawa abu.
Di Gaza - Palestina,
langit juga menangis,
bukan oleh hujan,
melainkan deru peluru yang menyalak dan menyasar dengan kejam,
dinding-dinding retak mengucap doa
yang tenggelam di lautan ledakan,
bayi-bayi yang belum mengenal kata
tertidur di buaian debu,
ibunya memeluk udara,
sepi tanpa jaminan hari esok.
<2>
Api dari alam melahap sepetak harapan dan impian di Los Angeles - California,
Tapi, api keserakahan buatan manusia telah lama memanggang,
semua kehidupan anak-anak dan warga Palestina.
Di antara dua neraka dunia,
yang satu buas oleh alam,
yang lain garang oleh tangan manusia,
sebuah pertanyaan menggema:
adakah kita masih punya hati
untuk merajut kembali
kemanusian yang telah terkoyak?
Dari abu yang mendekap,
dari tanah yang sekarat,
tumbuhkanlah harapan,
melawan kehancuran dengan keteguhan,
melawan kepedihan dengan kesabaran,
mengobati luka dengan impian,
memperjuangkan kehidupan yang Tuhan titipkan.
Karena selagi manusia masih berseru utuk kemanusiaan,
selagi manusia berserah diri kepada Tuhan,
kehidupan tak pernah benar-benar padam.
Padang, Sumbar, Januari 2025
-----------------------------
*Riwayat Singkat Penulis
Leni Marlina merupakan anggota penulis SATU PENA Sumbar, Kreator Sumbar Era AI, Forum Siti Manggopoh (FSM). Selain itu, ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair dan Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association (ACC SHILA). Leni pernah terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga mendirikan dan memimpin komunitas digital/ kegiatan lainnya yang berfokus pada bahasa, sastra, literasi, dan sosial, di antaranya:
1. World Children’s Literature Community (WCLC): https://shorturl.at/acFv1
2. Poetry-Pen International Community
3. PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat), the Poetry Community of Indonesian Society’s Inspirations: https://shorturl.at/2eTSB; https://shorturl.at/tHjRI
4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02
5. Linguistic Talk Community
6. Literature Talk Community
7. Translation Practice Community
8. English Languange Learning, Literacy, Literary Community (EL4C)
2.27K
132
sance
21 menit yang lalu
Sance Maryam Puti(24089178) Ilmu keolahragaan. Puisi by Leni Marlina "Abu di California, Tangis di Gaza"puisi ini menginspirasi bisnis yang berorientasi pada dampak sosial, kemanusiaan, dan keberlanjutan sebagai bentuk kepedulian terhadap dunia yang tengah berjuang.25 JJ P. KWU 452 SN1-2 LM ONLINE